Say hello,

Minggu, 28 Juni 2015

Pluralitas Tumbuhkan Satu Hati dan Satu Kekuatan

Keberagaman tidak hanya dilihat antara satu daerah dengan daerah lainnya, tetapi bisa juga dari diri sendiri dengan saudaranya yang satu keturunan atau memiliki hubungan darah. Sampel kecil yang diambil tersebut dapat digambarkan dengan skala besar, yakni pluralitas bangsa Indonesia. Diri sendiri dengan saudaranya disatukan oleh tali persaudaraan, sedangkan masing-masing daerah disatukan oleh Pancasila yang di dalamnya terdapat semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Jika Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, maka Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang dipegang teguh sebagai alat pemersatu bangsa. Pemersatu dalam keberagaman atau plutaritas, baik agama, budaya, suku, adat, ras, maupun bahasa. Keberagamaan itulah menjadi ciri khas dan daya tarik karena mampu menunjukkan kekayaan, integritas, dan eksistensi suatu negara di mata dunia.

Cukup sulit dipercaya karena banyak orang yang bertanya-tanya tentang kondisi negara Indonesia. Negeri elok rupawan yang memiliki 17.000 pulau, penduduk 240 juta jiwa yang di dalamnya terdapat 1.128 suku, dan 6 agama ‘resmi’ mampu bersatu dalam NKRI. Salah satu keberagaman yang sedang mencuri perhatian mancanegara, yaitu keberagaman aliran dalam agama mayoritas penduduk Indonesia. Konsep keagamaan tampaknya bukan lagi sebagai perkara yang bisa dibesar-besarkan dalam kehidupan bernegara. Agama lebih dispesifikan sebagai keyakinan pribadi daripada dijadikan sebagai dasar hukum (dikutip dari http://jejakpelamun.blogspot.com/2013/06/jejak-memahami-indonesia-sebagai.html). 

Dahulu sentimen agama begitu kuat melatarbelakangi pandangan masyarakat terhadap sesuatu, tetapi kini masyarakat lebih dewasa dalam memahami keberagaman di Indonesia. Sebagai contoh, agama Islam yang alirannya terbagi menjadi 27 salah duanya adalah NU dan Muhammadiyah. Ketika saudara sesama umat muslim sedang berada dalam kondisi terpuruk, mereka tetap saling membahu, contohnya negara Palestina yang dibumihanguskan oleh tentara Israel untuk merebut wilayah kekuasan. Tidak lagi memandang dari aliran Islam mana pun, mereka percaya bahwa meraka sedarah, seiman, dan sehati. Berbagai upaya dilakukan untuk membantunya dan tidak mengenal takut mati demi memperjuangkan saudaranya atas nama Tuhan. Melihat kegigihan umat Islam lainnya ternyata mampu mambuat orang lain beragama lain berempati, ikut prihatin, dan ikut membela. Kekuatan persatuan ini akhirnya mendapat perhatian khusus dari negara-negara lain. Perhatian dalam hal gotong-royong membantu mewujudkan perdamaian dunia.

Contoh lainnya, saat menetapkan tanggal 1 Ramadhan muncul berbagai tanggapan dari berbagai aliran yang akhirnya ibadah dilaksanakan berbeda hari. Sidang Isbat dilakukan pemerintah agar masyarakat Indonesia tidak ragu dalam melaksanakan ibadahnya. Di dalam hati kecil setiap umat berkeinginan untuk merayakan hari raya bersama-sama tanpa ada perbedaan hari pelaksanaan seperti penetapan 1 Ramadhan. Cara mudah untuk menyatukan bangsa Indonesia ialah memberi pemahaman mengenai arti kebangsaan yang telah dibangun selama berabad-abad yang kerap kali tanpa disadari padahal tampak jelas ikatannya. 

Indonesia merupakan bangsa majemuk, bangsa plural yang tidak mungkin disatukan suku, budaya, atau agamanya. Pahami pluralisme dengan hati sebagai pilar kebangsaan agar kehidupan harmonis. Dengan demikian, pluralitas dapat dikatakan sebagai salah satu media yang mengantarkan kondisi negara Indonesia seperti sekarang ini yang tetap utuh bersatu dalam keberagaman. Saling memahami dari hati ke hati bahwasannya kita semua saling membutuhkan. Jika ada salah satu anggota badan kita yang tergores luka, maka anggota badan lainnya pun merasakan sakit. Berbeda, tetapi satu hati dan karena satu tujuan menciptakan satu kekuatan.


***

Selasa, 31 Desember 2013

Penerapan IQ, EQ, dan SQ dalam Dunia Pendidikan

Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Manusia dikatakan sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya karena memiliki akal untuk berpikir, namun kemampuan berpikir atau tingkat kecerdasan yang dimiliki pun berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan setiap orang adalah genetik atau bawaan sejak lahir, pendidikan dari orang tua, proses pembelajaran yang dialami, lingkungan sekitarnya, bahkan pergaulannya.

Pada umumnya kecerdasan manusia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emosional Quotient), dan SQ (Spiritual  Quotient). IQ, EQ, dan SQ merupakan visualisasi dari setiap potensi yang dimiliki manusia. Ketiga jenis kecerdasan tersebut harus berjalan beriringan dan salah satunya tidak bisa diunggulkan karena ketiga kecerdasan ini saling melengkapi dalam membentuk pribadi yang unggul dan menentukan bagaimana seseorang berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku. IQ memang bisa dijadikan tolak ukur potensi atau kecerdasan umumnya karena dapat dinilai secara kualitatif dengan batas tertentu sebagai kriteria seperti di atas rata-rata atau cerdas atau bahkan genius, tetapi karakter unggul tidak terpusat pada kecerdasan IQ saja tetapi juga dari EQ dan SQ.

IQ (Intelligence Quotients) adalah kecerdasan manusia untuk bernalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berpikir, dan penggunaan bahasa (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contohnya yaitu seorang anak mempelajari beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Sejarah, Sosiologi, dan lain-lain. Kegiatan seperti itu hanya fokus pada kecerdasan akademik yang memanfaatkan otak kiri untuk berpikir kritis dan ilmiah, belajar menganalisis, mengaitkan hubungan pelajaran yang didapatkan dari sekolah dengan lingkungan sekitar dan kesehariannya, serta menyelesaikan soal yang diberikan.

EQ (Emotional Quotients) adalah kecerdasan emosional seperti kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat, ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati, menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, empati, berdoa, menyelesaikan konflik, dan memimpin diri serta lingkungannya (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contohnya yaitu seorang anak mampu mengekspresikan dan mengontrol rasa bahagianya ketika mendapatkan nilai ujian yang bagus atau rasa sedih dan kecewanya ketika mendapatkan nilai ujian yang jelek untuk tidak berlarut atau berlebihan.

SQ (Spiritual Quotients) adalah kecerdasan spiritual. Tidak hanya keagamaan saja tetapi juga kecerdasan yang berasal dari dalam hati yang menjadikan seseorang kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contoh dalam kehidupan sehari-hari terutama bidang pendidikan yaitu seorang anak mampu menyimpulkan dan mengambil hikmah ketika dirinya kecewa saat mendapatkan nilai ujian yang jelek akibat kelalaian dirinya tidak belajar dengan rajin. Contoh lainnya yaitu seorang anak mengerjakan soal ujian tanpa menyontek sebab saat ujian berlangsung dirinya dihadapi permasalahan batin untuk mengikuti kebiasaan yang tidak benar tetapi soal yang diberikan juga sulit sehingga situasi tersebut menjadi pilihan terberatnya untuk berbuat.


Pendidikan merupakan tongkat estafet yang digunakan para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan bangsa memerdekakan dari kebodohan. Untuk memajukan Negara Indonesia diperlukan generasi bangsa yang memiliki karakter dalam kepribadiannya dan karakter tersebut tidak hanya ada pada kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun intitusi pendidikan lainnya. Karakter yang unggul hanya bisa diciptakan oleh keseimbangan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ.


INFO BEASISWA
Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada webnya!


Pendaftaran periode 1          : 1 Februari – 30 Juni 2013
Pengumuman                     : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2         : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                     : 13 Januari 2014


Info selengkapnya kunjungi website di bawah ini:
Beasiswa DataPrint (www.beasiswadataprint.com)

Website DataPrint (www.dataprint.co.id)

Rabu, 11 Desember 2013

Tafsir yang Membingungkan (Part 4)


Sepertinya tak pernah bosan ketika jiwa ini masuk ke dalam bunga tidur, ya bertemu dengan orang-orang yang telah tiada. Entah apa yang dimaksud dengan dugaan seperti dugaan-dugaan sebelumnya bahwa ada maksud yang tersirat dari rangkaian cerita “maya”. Cerita ini adalah cerita yang keempat kalinya aku bermimpi bertemu dengannya dengan seorang putri kecil anak dari pelaku utama, Putri Khalidah.

Tiba-tiba tak sadarkan diri kalau jiwaku telah pergi masuk ke alam penuh tanda tanya. Masuk di dalam sebuah ruangan yang gelap nuansa biru tua kehitam-hitaman. Aku dengan Putri berjalan memasuki ruang itu yang sangat luas dan tidak terdapat barang apapun, kami bergandengan tangan dan kami merasakan ketakutan sekaligus penasaran untuk menelusuri ruang tanpa penerangan sama sekali itu.

Tak lama kemudian muncul cahaya putih yang menyilaukan pandangan kami sehingga mata kami saling ditutupi dengan lengan kami masing-masing. Tanpa ada suara, hening dan begitu nyaman. Sosok dan wujud yang selalu aku temukan di dunia “maya”, almarhum ayah Putri. Tidak ada yang terkaget bahkan terisak tangis rindu dari Putri. Ayah menghampiri kami berdua dengan melemparkan senyum khas di wajahnya yang selalu aku ingat. Senyum hangat, entah pertanda apa. Beliau pergi meninggalkan kami berdua keluar dari ruangan itu dengan menaikki tangga yang ujungnya semakin tak terlihat serta bercahaya terang.

Belum sempat kami berkata sesuatu. Dari tubuhnya mengatakan untuk mengikutinya. Rasa penasaranku yang teramat besar untuk mengajak Putri mengikuti almarhum keluar melewati tangga yang sama itu, tetapi rasa takut dari diri Putri yang membuat langkah kami terhenti tepat di bawah anak tangga yang paling dasar. Pergi meninggalkan kami dengan senyumnya yang mengartikan bahwa kami harus mengikutinya tetapi tidak untuk sekarang ini. Lagi dan lagi, hal yang tidak masuk akal aku artikan, namun itulah yang aku rasa. Semakin lama dirinya berjalan semakin jauh dan cahaya dari tangga itu kian menghilang seiring kepergiannya.

Lalu kubergegas menyadarkan jiwa yang terperangkap dalam dunia “maya” ini dan bertanya pada diriku sendiri apakah yang telah terjadi?

Kira-kira seperti itulah gambaran suasana kala itu hanya saja dirinya melewati sebuah tangga seperti di dalam lorong panjang berujungkan cahaya putih bersinar terang yang memalingkan pandangan siapapun.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Menyembunyikan Kebenaran untuk Menurunkan Silaunya Kelebihan


Ketika bibir mampu membasahkan lisan, bukan berarti diam menjadi alasan karena menyembunyikan dusta.

Ketika kaki mampu membuat gesekan dengan jalan, bukan berarti diam menjadi alasan karena menyembunyikan kesibukan.
Ketika tangan mampu menarik-ulur dan menari-nari di bawah atap langit, bukan berarti diam menjadi alasan untuk menyembunyikan bantuan.
Ketika mata mampu melihat yang katanya realita dengan nanar, bukan berarti diam menjadi alasan untuk berkata "Aku tidak peduli".

Ketika telinga mampu mengerdilkan jiwa dari bahasa, bukan berarti diam menjadi alasan untuk kalah dan mengalah.

Ketika hidung mampu mencari bau kenistaan, bukan berarti diam menjadi alasan tidak mencari pembelaan.

Ketika malam berbisik pada siang untuk bertukar peran, akankan makhluk di dunia menjadi mengerti?

Siapa yang tahu?

Aku?
Kamu?
Dia?
Mereka?
Hati?
Lingkungan?

Tuhan Maha Segalanya yang Baik yang akan menilai pribadi buruk ini

Salam
Kiar Vansa

Senin, 19 Agustus 2013

Ini yang Aku Nantikan ^_^

Kehadirannya sangat aku inginkan mengingat luka baru beberapa bulan yg lalu terjadi. Luka saat aku lupa tidak mengikuti lomba Essay dari Jepang lagi untuk ke dua kalinya. Kali ini luka itu disembuhkan dengan kehadirannya sertifikat internasional punyaku yang baruuuu ^_^

Hooorrreeee!!

Alhamdulillah.. Segala Puji Bagi Allah SWT
Subhanallah...

Kali ini sertifikat dari Rusia, nah essaynya ada di bawah postingan ini. Meskipun tidak memenangkan perlombaan, namun menjadi peserta aja udah cukup senang dan ternyata diapresiasi. Lagi-lagi aku mengira tulisanku menjadi sampah, ternyata tidak sama sekali :)

Ada permohonan maaf dari pihak kedutaan besarnya karena keterlambatan memberi informasi.

Semua ini tak lepas dari dukungan Lepiyang (laptop), modem, scanner, KTM, KTP, dll *apasih
Terima kasih banyak atas opininya Fitri Aisyah Rakhman dan Mochammad Dewandra dari segi kesehatan dan ekonominya. Serta tak luput Amalia Nur Fitri atas kesabaran dan kesungguhannya dalam menyemangati. Sesuai janji, opini kalian aku masukkan dalam essay aku.
Sekali lagi terima kasih banyak yaa

Makasih terutama buat Allah SWT :-*

Iniii wujud sertifikatnya :)
InsyaAllah plakat menyusul, aamiin AAMIIN.. Mohon doanya teman-temin yaa :)


*bukan warna dan ukuran sesungguhnya*


Minggu, 18 Agustus 2013

Essay PCIM Rusia


Presenting the Portrait of Beautiful Indonesia in the Upcoming Reality for Better Life in 2014

By Kiar Vansa Febrianti

Talking about the problems that exist and occur in the middle of this exquisite country will never be endless if the problem is not solved by the wise and intelligent. The general public thinks that the issues which involved in the various fields can not be completed because it is just a word and a dream. It is possible if the young people who have passion to organize and build the country can compete globally. It is not a doubt if the government has passion to the task with all the moral values ​​of Pancasila are in it to make this country a peaceful and prosperous. However, the relevant facts are not achieved in accordance with the voice and hope of the people.

         Much Indonesian collapsed when seen from the facts that have occurred in recent years. Problems should be addressed and resolved by assault, quickly, and thoroughly to bring Indonesia to be a better country again. A major question that has yet to be answered with a serious treatment is Indonesia has abundant natural resources but why there are still many poor people, health care is hard to come by, and expensive education. The context of this problem spread to a variety of viewpoints ranging from the economy, education, health, law, politics, and so perpetuate the story of a picture or portrait of the Indonesian state.

          The Image of Indonesia, just like the first Arabic poet said "Piece of heaven’s land given by God on our planet". Indonesia is an archipelago country which geographically situated between two continents and two oceans, the tropical climate and many mountains as well as the source of the oil is to make Indonesia become the richest in natural resources beat other countries that are economically powerful in the world, therefore USA, China, UK, and Singapore. Other countries whose economy is strong sometimes is not as rich as Indonesia. Related to natural resources, these countries are able to make the inhabitants prosper and be above the average poverty. Of course there is nothing wrong with the management and distribution of natural resources in Indonesia.

          The main mistake in the management of natural resources in Indonesia is, mostly human resources are managed by foreigners or large companies with the government contracts who receive a share in the profit as a percentage of the number of times which is not realistic and it is a form of colonialism in modern. These contracts is possible to exploit foreign profuse natural wealth of Indonesia and the people in general can only form the audience of exploitation resources, in fact  according to the 1945 Constitution they are entitled. Economy that such purely due to the application of the capitalist system is a result of economic globalization which we are feeling that anyone who has the capital have an open opportunity to dominate the resources to meet the needs of an individual or a small group of people, so the system is resulting in increasing wealth of some people while others grow poorer.

          Therefore, in order to eliminate this case the government should reduce the flow of foreign investment, especially in the field of natural resources and the courage to renegotiate contracts with foreign entities are considered less favorable as in PT. Freeport in Papua or in extremes, nationalized the their foreign firms.

         So far, government policies do the opposite as the privatization policy through the Ministry of SOEs with better management considerations prove that the government is not pro national economy that caused the poor people of Indonesia because of the economic policies taken by the government are not domestic pro. For example, countries Libya and Iran as well as several other Latin American countries in welfare levels increase after retention of the foreign domination of the economy by way of nationalization of many foreign companies. With full ownership of the natural resources in Indonesia, the government can freely use it for the benefit of the people of Indonesia, not the global marketplace. The global market can be met after domestic needs are met. If all the natural resources in Indonesia are managed by the wisdom of the people of Indonesia, Indonesia will be transformed into a developed country such as Japan and the United States.

        The second portrait of Indonesia is increasingly prevalent Indonesia up until the case is corruption. Actually, it must always be corruption in all governments. As Lord Acton said, all governments tend to corruption but the government is absolute (monarchy) must be corruption. Examples of the fact, law enforcement in Indonesia is still less than fair evidenced by the many cases of corruption such as Century Fund until BLBI not see a bright spot to this day.

        The third portrait of Indonesia that has not been completed is a matter of education is increasingly expensive. Had a terrible discourse appears that education in Indonesia will be the commodities industry in recent years despite the revocation of the decision of the Constitutional Court regarding the status RSBI quite a bit of relief to the people, but it still has not closed the possibility of the education industry in Indonesia and the activists and people should start caring about this because education is a human after all Indonesia are guaranteed by the 1945 Constitution.

        The fourth Images of Indonesia, namely separatist movement problem in Papua that threatens the Republic of Indonesia which received less attention in Indonesia. If the left is not impossible Papua separated from Indonesia. Indonesian leader have to be responsible for this.

          The fifth image revealed by Mochammad Dewandra (20) students of economic faculties UNAIR, he illustrates that politic conditions in Indonesia are now vulnerable with many legal cases in Indonesia, which is actually not a case of actual law but rather on maintaining political power. Many people do not know, but if left in the husk is like a fire that can burn at any time. For example, the case of imports of beef and Hambalang, he thinks the case happen because the KPK invent the interests of the palace.

          The next image revealed by Fitri Aisyah Rakhman (19) midwifery student polytechnic III Jakarta in terms of health. She responded that the case is related to high rates of pregnancy and childbirth make unplanned population explosion especially if it is not matched with the same quality education so unproductive as a result of unemployment.

          From all the portraits that exist, it would be better to do an act and a quick and precise handling by making various efforts. The efforts are to after completion of repair system problems increasingly plagued Indonesia is changing the way of thinking. Indonesian think HR is not able to manage natural resources in Indonesia because basically capable, for example, once every year lot of graduates from all fields such as law, politics, health, engineering, nuclear, and others. Indonesia also has enough professors. The question they do not appear in development of the country as they prefer to go abroad in the country which are not appreciated by the fact that Indonesia prefer to use foreign labor. Indonesia already has the capital to be a developed country just how consistent the Decision Maker to make Indonesia go forward.

          There are some important things that can not be ignored and have to interfere with the running of the government needs to be done immediately re-structuring systems of natural resource management in Indonesia from the first industrial economy mindset with which the upstream portion of the raw material that is produced in Indonesia directly exported abroad now converted into downstream industries where raw materials that were generated from the domestic environment is not directly exported out of the country but processed first in the country to become semi-finished goods and ready-made products, thus adding value to exports Indonesia and got the higher selling prices abroad. In addition it is also in order to increase employment in Indonesia who increasingly crowded. But further to this new era in the free economy where the boundaries between countries will be reduced and even eliminated as FTA and so on.

          Efforts both in terms of health as much as possible the government should encourage related programs so that communities are aware of their own health and their families so they can prevent the pain. How real is by extension, establishing a health center, put a lot of health workers in rural areas, and improve the health budget.

          The third effort in terms of education is to run 12-year compulsory education and the implementation of free education so that people who are unable or poor could still get their human rights as stated in the articles of the 1945 Constitution. If this is implemented, it must also produce quality human resources. If HR has qualified to be able to manage existing natural resources properly and intelligently and handling government not to use foreign labor, slowly clear the country will experience significant and continuous changes gradually improved. Basically, young achievers and appreciated and taken seriously it will be gold seeds are very desirable.

         Fourth attempt in terms of law and justice is the enactment and enforcement fair and firm so that no one dared to be able to make a fatal mistake at the expense of the welfare of the people of Indonesia as rampant corruption. Is the legal system in Indonesia’s law brave as a system of laws that punish China beheading for anyone caught engaging in corruption?

          Bad portraits of Indonesia can be described with a beautiful portrait results are not only promising but also carried out for the better. Anyone who was elected as the leader of this beautiful country expected the democratic process can take place in a safe and peaceful so that Indonesia can again prove to the world as a country that can properly guard the democratic process. For the desired criteria certainly all the answers will produce answers that such normative mandate, brave, honest, kind, assertive, smart, etc.. Here one dares dare say "No" to all forms of foreign intervention in the economy of Indonesia, a leader who put the interests of their people better than foreign interests, a leader whose commitment to the eradication of corruption, leaders who have the ability to concretize change significantly in Indonesia, and leaders who are consistent and have high integrity.

          In general, all can be repaired when reflecting on other countries that have made progress, prosperity, and welfare. There is no harm in following the way other countries lead their people for the sake of making a better country and makes the Indonesia became economically independent and free from all kinds of corruption and abuse of power that could hinder Indonesia's economic transition, whether in the political background as any.

***

Kamis, 08 Agustus 2013

Horeee Lebaran!!


Maafkan atas segala kekhilafan dan keluguan saya (*uhuk) yaa teman-temin blogger... Semoga kita bisa menjadi insan yang lebih baik lagi dan bisa bertemu di bulan Ramadhan selanjutnya. Barakallah.. Aamiin  ^_^