Say hello,

Selasa, 31 Desember 2013

Penerapan IQ, EQ, dan SQ dalam Dunia Pendidikan

Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Manusia dikatakan sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya karena memiliki akal untuk berpikir, namun kemampuan berpikir atau tingkat kecerdasan yang dimiliki pun berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan setiap orang adalah genetik atau bawaan sejak lahir, pendidikan dari orang tua, proses pembelajaran yang dialami, lingkungan sekitarnya, bahkan pergaulannya.

Pada umumnya kecerdasan manusia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emosional Quotient), dan SQ (Spiritual  Quotient). IQ, EQ, dan SQ merupakan visualisasi dari setiap potensi yang dimiliki manusia. Ketiga jenis kecerdasan tersebut harus berjalan beriringan dan salah satunya tidak bisa diunggulkan karena ketiga kecerdasan ini saling melengkapi dalam membentuk pribadi yang unggul dan menentukan bagaimana seseorang berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku. IQ memang bisa dijadikan tolak ukur potensi atau kecerdasan umumnya karena dapat dinilai secara kualitatif dengan batas tertentu sebagai kriteria seperti di atas rata-rata atau cerdas atau bahkan genius, tetapi karakter unggul tidak terpusat pada kecerdasan IQ saja tetapi juga dari EQ dan SQ.

IQ (Intelligence Quotients) adalah kecerdasan manusia untuk bernalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berpikir, dan penggunaan bahasa (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contohnya yaitu seorang anak mempelajari beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Sejarah, Sosiologi, dan lain-lain. Kegiatan seperti itu hanya fokus pada kecerdasan akademik yang memanfaatkan otak kiri untuk berpikir kritis dan ilmiah, belajar menganalisis, mengaitkan hubungan pelajaran yang didapatkan dari sekolah dengan lingkungan sekitar dan kesehariannya, serta menyelesaikan soal yang diberikan.

EQ (Emotional Quotients) adalah kecerdasan emosional seperti kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat, ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati, menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, empati, berdoa, menyelesaikan konflik, dan memimpin diri serta lingkungannya (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contohnya yaitu seorang anak mampu mengekspresikan dan mengontrol rasa bahagianya ketika mendapatkan nilai ujian yang bagus atau rasa sedih dan kecewanya ketika mendapatkan nilai ujian yang jelek untuk tidak berlarut atau berlebihan.

SQ (Spiritual Quotients) adalah kecerdasan spiritual. Tidak hanya keagamaan saja tetapi juga kecerdasan yang berasal dari dalam hati yang menjadikan seseorang kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contoh dalam kehidupan sehari-hari terutama bidang pendidikan yaitu seorang anak mampu menyimpulkan dan mengambil hikmah ketika dirinya kecewa saat mendapatkan nilai ujian yang jelek akibat kelalaian dirinya tidak belajar dengan rajin. Contoh lainnya yaitu seorang anak mengerjakan soal ujian tanpa menyontek sebab saat ujian berlangsung dirinya dihadapi permasalahan batin untuk mengikuti kebiasaan yang tidak benar tetapi soal yang diberikan juga sulit sehingga situasi tersebut menjadi pilihan terberatnya untuk berbuat.


Pendidikan merupakan tongkat estafet yang digunakan para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan bangsa memerdekakan dari kebodohan. Untuk memajukan Negara Indonesia diperlukan generasi bangsa yang memiliki karakter dalam kepribadiannya dan karakter tersebut tidak hanya ada pada kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun intitusi pendidikan lainnya. Karakter yang unggul hanya bisa diciptakan oleh keseimbangan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ.


INFO BEASISWA
Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada webnya!


Pendaftaran periode 1          : 1 Februari – 30 Juni 2013
Pengumuman                     : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2         : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                     : 13 Januari 2014


Info selengkapnya kunjungi website di bawah ini:
Beasiswa DataPrint (www.beasiswadataprint.com)

Website DataPrint (www.dataprint.co.id)

Rabu, 11 Desember 2013

Tafsir yang Membingungkan (Part 4)


Sepertinya tak pernah bosan ketika jiwa ini masuk ke dalam bunga tidur, ya bertemu dengan orang-orang yang telah tiada. Entah apa yang dimaksud dengan dugaan seperti dugaan-dugaan sebelumnya bahwa ada maksud yang tersirat dari rangkaian cerita “maya”. Cerita ini adalah cerita yang keempat kalinya aku bermimpi bertemu dengannya dengan seorang putri kecil anak dari pelaku utama, Putri Khalidah.

Tiba-tiba tak sadarkan diri kalau jiwaku telah pergi masuk ke alam penuh tanda tanya. Masuk di dalam sebuah ruangan yang gelap nuansa biru tua kehitam-hitaman. Aku dengan Putri berjalan memasuki ruang itu yang sangat luas dan tidak terdapat barang apapun, kami bergandengan tangan dan kami merasakan ketakutan sekaligus penasaran untuk menelusuri ruang tanpa penerangan sama sekali itu.

Tak lama kemudian muncul cahaya putih yang menyilaukan pandangan kami sehingga mata kami saling ditutupi dengan lengan kami masing-masing. Tanpa ada suara, hening dan begitu nyaman. Sosok dan wujud yang selalu aku temukan di dunia “maya”, almarhum ayah Putri. Tidak ada yang terkaget bahkan terisak tangis rindu dari Putri. Ayah menghampiri kami berdua dengan melemparkan senyum khas di wajahnya yang selalu aku ingat. Senyum hangat, entah pertanda apa. Beliau pergi meninggalkan kami berdua keluar dari ruangan itu dengan menaikki tangga yang ujungnya semakin tak terlihat serta bercahaya terang.

Belum sempat kami berkata sesuatu. Dari tubuhnya mengatakan untuk mengikutinya. Rasa penasaranku yang teramat besar untuk mengajak Putri mengikuti almarhum keluar melewati tangga yang sama itu, tetapi rasa takut dari diri Putri yang membuat langkah kami terhenti tepat di bawah anak tangga yang paling dasar. Pergi meninggalkan kami dengan senyumnya yang mengartikan bahwa kami harus mengikutinya tetapi tidak untuk sekarang ini. Lagi dan lagi, hal yang tidak masuk akal aku artikan, namun itulah yang aku rasa. Semakin lama dirinya berjalan semakin jauh dan cahaya dari tangga itu kian menghilang seiring kepergiannya.

Lalu kubergegas menyadarkan jiwa yang terperangkap dalam dunia “maya” ini dan bertanya pada diriku sendiri apakah yang telah terjadi?

Kira-kira seperti itulah gambaran suasana kala itu hanya saja dirinya melewati sebuah tangga seperti di dalam lorong panjang berujungkan cahaya putih bersinar terang yang memalingkan pandangan siapapun.