Say hello,

Rabu, 11 Desember 2013

Tafsir yang Membingungkan (Part 4)


Sepertinya tak pernah bosan ketika jiwa ini masuk ke dalam bunga tidur, ya bertemu dengan orang-orang yang telah tiada. Entah apa yang dimaksud dengan dugaan seperti dugaan-dugaan sebelumnya bahwa ada maksud yang tersirat dari rangkaian cerita “maya”. Cerita ini adalah cerita yang keempat kalinya aku bermimpi bertemu dengannya dengan seorang putri kecil anak dari pelaku utama, Putri Khalidah.

Tiba-tiba tak sadarkan diri kalau jiwaku telah pergi masuk ke alam penuh tanda tanya. Masuk di dalam sebuah ruangan yang gelap nuansa biru tua kehitam-hitaman. Aku dengan Putri berjalan memasuki ruang itu yang sangat luas dan tidak terdapat barang apapun, kami bergandengan tangan dan kami merasakan ketakutan sekaligus penasaran untuk menelusuri ruang tanpa penerangan sama sekali itu.

Tak lama kemudian muncul cahaya putih yang menyilaukan pandangan kami sehingga mata kami saling ditutupi dengan lengan kami masing-masing. Tanpa ada suara, hening dan begitu nyaman. Sosok dan wujud yang selalu aku temukan di dunia “maya”, almarhum ayah Putri. Tidak ada yang terkaget bahkan terisak tangis rindu dari Putri. Ayah menghampiri kami berdua dengan melemparkan senyum khas di wajahnya yang selalu aku ingat. Senyum hangat, entah pertanda apa. Beliau pergi meninggalkan kami berdua keluar dari ruangan itu dengan menaikki tangga yang ujungnya semakin tak terlihat serta bercahaya terang.

Belum sempat kami berkata sesuatu. Dari tubuhnya mengatakan untuk mengikutinya. Rasa penasaranku yang teramat besar untuk mengajak Putri mengikuti almarhum keluar melewati tangga yang sama itu, tetapi rasa takut dari diri Putri yang membuat langkah kami terhenti tepat di bawah anak tangga yang paling dasar. Pergi meninggalkan kami dengan senyumnya yang mengartikan bahwa kami harus mengikutinya tetapi tidak untuk sekarang ini. Lagi dan lagi, hal yang tidak masuk akal aku artikan, namun itulah yang aku rasa. Semakin lama dirinya berjalan semakin jauh dan cahaya dari tangga itu kian menghilang seiring kepergiannya.

Lalu kubergegas menyadarkan jiwa yang terperangkap dalam dunia “maya” ini dan bertanya pada diriku sendiri apakah yang telah terjadi?

Kira-kira seperti itulah gambaran suasana kala itu hanya saja dirinya melewati sebuah tangga seperti di dalam lorong panjang berujungkan cahaya putih bersinar terang yang memalingkan pandangan siapapun.

Tidak ada komentar: