Say hello,

Selasa, 31 Desember 2013

Penerapan IQ, EQ, dan SQ dalam Dunia Pendidikan

Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Manusia dikatakan sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya karena memiliki akal untuk berpikir, namun kemampuan berpikir atau tingkat kecerdasan yang dimiliki pun berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan setiap orang adalah genetik atau bawaan sejak lahir, pendidikan dari orang tua, proses pembelajaran yang dialami, lingkungan sekitarnya, bahkan pergaulannya.

Pada umumnya kecerdasan manusia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emosional Quotient), dan SQ (Spiritual  Quotient). IQ, EQ, dan SQ merupakan visualisasi dari setiap potensi yang dimiliki manusia. Ketiga jenis kecerdasan tersebut harus berjalan beriringan dan salah satunya tidak bisa diunggulkan karena ketiga kecerdasan ini saling melengkapi dalam membentuk pribadi yang unggul dan menentukan bagaimana seseorang berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku. IQ memang bisa dijadikan tolak ukur potensi atau kecerdasan umumnya karena dapat dinilai secara kualitatif dengan batas tertentu sebagai kriteria seperti di atas rata-rata atau cerdas atau bahkan genius, tetapi karakter unggul tidak terpusat pada kecerdasan IQ saja tetapi juga dari EQ dan SQ.

IQ (Intelligence Quotients) adalah kecerdasan manusia untuk bernalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berpikir, dan penggunaan bahasa (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contohnya yaitu seorang anak mempelajari beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Sejarah, Sosiologi, dan lain-lain. Kegiatan seperti itu hanya fokus pada kecerdasan akademik yang memanfaatkan otak kiri untuk berpikir kritis dan ilmiah, belajar menganalisis, mengaitkan hubungan pelajaran yang didapatkan dari sekolah dengan lingkungan sekitar dan kesehariannya, serta menyelesaikan soal yang diberikan.

EQ (Emotional Quotients) adalah kecerdasan emosional seperti kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat, ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati, menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, empati, berdoa, menyelesaikan konflik, dan memimpin diri serta lingkungannya (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contohnya yaitu seorang anak mampu mengekspresikan dan mengontrol rasa bahagianya ketika mendapatkan nilai ujian yang bagus atau rasa sedih dan kecewanya ketika mendapatkan nilai ujian yang jelek untuk tidak berlarut atau berlebihan.

SQ (Spiritual Quotients) adalah kecerdasan spiritual. Tidak hanya keagamaan saja tetapi juga kecerdasan yang berasal dari dalam hati yang menjadikan seseorang kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati (http://fadhlyashary.blogspot.com/2012/04/pengertian-iq-eq-sq-dan-esq.html). Contoh dalam kehidupan sehari-hari terutama bidang pendidikan yaitu seorang anak mampu menyimpulkan dan mengambil hikmah ketika dirinya kecewa saat mendapatkan nilai ujian yang jelek akibat kelalaian dirinya tidak belajar dengan rajin. Contoh lainnya yaitu seorang anak mengerjakan soal ujian tanpa menyontek sebab saat ujian berlangsung dirinya dihadapi permasalahan batin untuk mengikuti kebiasaan yang tidak benar tetapi soal yang diberikan juga sulit sehingga situasi tersebut menjadi pilihan terberatnya untuk berbuat.


Pendidikan merupakan tongkat estafet yang digunakan para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan bangsa memerdekakan dari kebodohan. Untuk memajukan Negara Indonesia diperlukan generasi bangsa yang memiliki karakter dalam kepribadiannya dan karakter tersebut tidak hanya ada pada kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun intitusi pendidikan lainnya. Karakter yang unggul hanya bisa diciptakan oleh keseimbangan kecerdasan IQ, EQ, dan SQ.


INFO BEASISWA
Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada webnya!


Pendaftaran periode 1          : 1 Februari – 30 Juni 2013
Pengumuman                     : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2         : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                     : 13 Januari 2014


Info selengkapnya kunjungi website di bawah ini:
Beasiswa DataPrint (www.beasiswadataprint.com)

Website DataPrint (www.dataprint.co.id)

Rabu, 11 Desember 2013

Tafsir yang Membingungkan (Part 4)


Sepertinya tak pernah bosan ketika jiwa ini masuk ke dalam bunga tidur, ya bertemu dengan orang-orang yang telah tiada. Entah apa yang dimaksud dengan dugaan seperti dugaan-dugaan sebelumnya bahwa ada maksud yang tersirat dari rangkaian cerita “maya”. Cerita ini adalah cerita yang keempat kalinya aku bermimpi bertemu dengannya dengan seorang putri kecil anak dari pelaku utama, Putri Khalidah.

Tiba-tiba tak sadarkan diri kalau jiwaku telah pergi masuk ke alam penuh tanda tanya. Masuk di dalam sebuah ruangan yang gelap nuansa biru tua kehitam-hitaman. Aku dengan Putri berjalan memasuki ruang itu yang sangat luas dan tidak terdapat barang apapun, kami bergandengan tangan dan kami merasakan ketakutan sekaligus penasaran untuk menelusuri ruang tanpa penerangan sama sekali itu.

Tak lama kemudian muncul cahaya putih yang menyilaukan pandangan kami sehingga mata kami saling ditutupi dengan lengan kami masing-masing. Tanpa ada suara, hening dan begitu nyaman. Sosok dan wujud yang selalu aku temukan di dunia “maya”, almarhum ayah Putri. Tidak ada yang terkaget bahkan terisak tangis rindu dari Putri. Ayah menghampiri kami berdua dengan melemparkan senyum khas di wajahnya yang selalu aku ingat. Senyum hangat, entah pertanda apa. Beliau pergi meninggalkan kami berdua keluar dari ruangan itu dengan menaikki tangga yang ujungnya semakin tak terlihat serta bercahaya terang.

Belum sempat kami berkata sesuatu. Dari tubuhnya mengatakan untuk mengikutinya. Rasa penasaranku yang teramat besar untuk mengajak Putri mengikuti almarhum keluar melewati tangga yang sama itu, tetapi rasa takut dari diri Putri yang membuat langkah kami terhenti tepat di bawah anak tangga yang paling dasar. Pergi meninggalkan kami dengan senyumnya yang mengartikan bahwa kami harus mengikutinya tetapi tidak untuk sekarang ini. Lagi dan lagi, hal yang tidak masuk akal aku artikan, namun itulah yang aku rasa. Semakin lama dirinya berjalan semakin jauh dan cahaya dari tangga itu kian menghilang seiring kepergiannya.

Lalu kubergegas menyadarkan jiwa yang terperangkap dalam dunia “maya” ini dan bertanya pada diriku sendiri apakah yang telah terjadi?

Kira-kira seperti itulah gambaran suasana kala itu hanya saja dirinya melewati sebuah tangga seperti di dalam lorong panjang berujungkan cahaya putih bersinar terang yang memalingkan pandangan siapapun.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Menyembunyikan Kebenaran untuk Menurunkan Silaunya Kelebihan


Ketika bibir mampu membasahkan lisan, bukan berarti diam menjadi alasan karena menyembunyikan dusta.

Ketika kaki mampu membuat gesekan dengan jalan, bukan berarti diam menjadi alasan karena menyembunyikan kesibukan.
Ketika tangan mampu menarik-ulur dan menari-nari di bawah atap langit, bukan berarti diam menjadi alasan untuk menyembunyikan bantuan.
Ketika mata mampu melihat yang katanya realita dengan nanar, bukan berarti diam menjadi alasan untuk berkata "Aku tidak peduli".

Ketika telinga mampu mengerdilkan jiwa dari bahasa, bukan berarti diam menjadi alasan untuk kalah dan mengalah.

Ketika hidung mampu mencari bau kenistaan, bukan berarti diam menjadi alasan tidak mencari pembelaan.

Ketika malam berbisik pada siang untuk bertukar peran, akankan makhluk di dunia menjadi mengerti?

Siapa yang tahu?

Aku?
Kamu?
Dia?
Mereka?
Hati?
Lingkungan?

Tuhan Maha Segalanya yang Baik yang akan menilai pribadi buruk ini

Salam
Kiar Vansa

Senin, 19 Agustus 2013

Ini yang Aku Nantikan ^_^

Kehadirannya sangat aku inginkan mengingat luka baru beberapa bulan yg lalu terjadi. Luka saat aku lupa tidak mengikuti lomba Essay dari Jepang lagi untuk ke dua kalinya. Kali ini luka itu disembuhkan dengan kehadirannya sertifikat internasional punyaku yang baruuuu ^_^

Hooorrreeee!!

Alhamdulillah.. Segala Puji Bagi Allah SWT
Subhanallah...

Kali ini sertifikat dari Rusia, nah essaynya ada di bawah postingan ini. Meskipun tidak memenangkan perlombaan, namun menjadi peserta aja udah cukup senang dan ternyata diapresiasi. Lagi-lagi aku mengira tulisanku menjadi sampah, ternyata tidak sama sekali :)

Ada permohonan maaf dari pihak kedutaan besarnya karena keterlambatan memberi informasi.

Semua ini tak lepas dari dukungan Lepiyang (laptop), modem, scanner, KTM, KTP, dll *apasih
Terima kasih banyak atas opininya Fitri Aisyah Rakhman dan Mochammad Dewandra dari segi kesehatan dan ekonominya. Serta tak luput Amalia Nur Fitri atas kesabaran dan kesungguhannya dalam menyemangati. Sesuai janji, opini kalian aku masukkan dalam essay aku.
Sekali lagi terima kasih banyak yaa

Makasih terutama buat Allah SWT :-*

Iniii wujud sertifikatnya :)
InsyaAllah plakat menyusul, aamiin AAMIIN.. Mohon doanya teman-temin yaa :)


*bukan warna dan ukuran sesungguhnya*


Minggu, 18 Agustus 2013

Essay PCIM Rusia


Presenting the Portrait of Beautiful Indonesia in the Upcoming Reality for Better Life in 2014

By Kiar Vansa Febrianti

Talking about the problems that exist and occur in the middle of this exquisite country will never be endless if the problem is not solved by the wise and intelligent. The general public thinks that the issues which involved in the various fields can not be completed because it is just a word and a dream. It is possible if the young people who have passion to organize and build the country can compete globally. It is not a doubt if the government has passion to the task with all the moral values ​​of Pancasila are in it to make this country a peaceful and prosperous. However, the relevant facts are not achieved in accordance with the voice and hope of the people.

         Much Indonesian collapsed when seen from the facts that have occurred in recent years. Problems should be addressed and resolved by assault, quickly, and thoroughly to bring Indonesia to be a better country again. A major question that has yet to be answered with a serious treatment is Indonesia has abundant natural resources but why there are still many poor people, health care is hard to come by, and expensive education. The context of this problem spread to a variety of viewpoints ranging from the economy, education, health, law, politics, and so perpetuate the story of a picture or portrait of the Indonesian state.

          The Image of Indonesia, just like the first Arabic poet said "Piece of heaven’s land given by God on our planet". Indonesia is an archipelago country which geographically situated between two continents and two oceans, the tropical climate and many mountains as well as the source of the oil is to make Indonesia become the richest in natural resources beat other countries that are economically powerful in the world, therefore USA, China, UK, and Singapore. Other countries whose economy is strong sometimes is not as rich as Indonesia. Related to natural resources, these countries are able to make the inhabitants prosper and be above the average poverty. Of course there is nothing wrong with the management and distribution of natural resources in Indonesia.

          The main mistake in the management of natural resources in Indonesia is, mostly human resources are managed by foreigners or large companies with the government contracts who receive a share in the profit as a percentage of the number of times which is not realistic and it is a form of colonialism in modern. These contracts is possible to exploit foreign profuse natural wealth of Indonesia and the people in general can only form the audience of exploitation resources, in fact  according to the 1945 Constitution they are entitled. Economy that such purely due to the application of the capitalist system is a result of economic globalization which we are feeling that anyone who has the capital have an open opportunity to dominate the resources to meet the needs of an individual or a small group of people, so the system is resulting in increasing wealth of some people while others grow poorer.

          Therefore, in order to eliminate this case the government should reduce the flow of foreign investment, especially in the field of natural resources and the courage to renegotiate contracts with foreign entities are considered less favorable as in PT. Freeport in Papua or in extremes, nationalized the their foreign firms.

         So far, government policies do the opposite as the privatization policy through the Ministry of SOEs with better management considerations prove that the government is not pro national economy that caused the poor people of Indonesia because of the economic policies taken by the government are not domestic pro. For example, countries Libya and Iran as well as several other Latin American countries in welfare levels increase after retention of the foreign domination of the economy by way of nationalization of many foreign companies. With full ownership of the natural resources in Indonesia, the government can freely use it for the benefit of the people of Indonesia, not the global marketplace. The global market can be met after domestic needs are met. If all the natural resources in Indonesia are managed by the wisdom of the people of Indonesia, Indonesia will be transformed into a developed country such as Japan and the United States.

        The second portrait of Indonesia is increasingly prevalent Indonesia up until the case is corruption. Actually, it must always be corruption in all governments. As Lord Acton said, all governments tend to corruption but the government is absolute (monarchy) must be corruption. Examples of the fact, law enforcement in Indonesia is still less than fair evidenced by the many cases of corruption such as Century Fund until BLBI not see a bright spot to this day.

        The third portrait of Indonesia that has not been completed is a matter of education is increasingly expensive. Had a terrible discourse appears that education in Indonesia will be the commodities industry in recent years despite the revocation of the decision of the Constitutional Court regarding the status RSBI quite a bit of relief to the people, but it still has not closed the possibility of the education industry in Indonesia and the activists and people should start caring about this because education is a human after all Indonesia are guaranteed by the 1945 Constitution.

        The fourth Images of Indonesia, namely separatist movement problem in Papua that threatens the Republic of Indonesia which received less attention in Indonesia. If the left is not impossible Papua separated from Indonesia. Indonesian leader have to be responsible for this.

          The fifth image revealed by Mochammad Dewandra (20) students of economic faculties UNAIR, he illustrates that politic conditions in Indonesia are now vulnerable with many legal cases in Indonesia, which is actually not a case of actual law but rather on maintaining political power. Many people do not know, but if left in the husk is like a fire that can burn at any time. For example, the case of imports of beef and Hambalang, he thinks the case happen because the KPK invent the interests of the palace.

          The next image revealed by Fitri Aisyah Rakhman (19) midwifery student polytechnic III Jakarta in terms of health. She responded that the case is related to high rates of pregnancy and childbirth make unplanned population explosion especially if it is not matched with the same quality education so unproductive as a result of unemployment.

          From all the portraits that exist, it would be better to do an act and a quick and precise handling by making various efforts. The efforts are to after completion of repair system problems increasingly plagued Indonesia is changing the way of thinking. Indonesian think HR is not able to manage natural resources in Indonesia because basically capable, for example, once every year lot of graduates from all fields such as law, politics, health, engineering, nuclear, and others. Indonesia also has enough professors. The question they do not appear in development of the country as they prefer to go abroad in the country which are not appreciated by the fact that Indonesia prefer to use foreign labor. Indonesia already has the capital to be a developed country just how consistent the Decision Maker to make Indonesia go forward.

          There are some important things that can not be ignored and have to interfere with the running of the government needs to be done immediately re-structuring systems of natural resource management in Indonesia from the first industrial economy mindset with which the upstream portion of the raw material that is produced in Indonesia directly exported abroad now converted into downstream industries where raw materials that were generated from the domestic environment is not directly exported out of the country but processed first in the country to become semi-finished goods and ready-made products, thus adding value to exports Indonesia and got the higher selling prices abroad. In addition it is also in order to increase employment in Indonesia who increasingly crowded. But further to this new era in the free economy where the boundaries between countries will be reduced and even eliminated as FTA and so on.

          Efforts both in terms of health as much as possible the government should encourage related programs so that communities are aware of their own health and their families so they can prevent the pain. How real is by extension, establishing a health center, put a lot of health workers in rural areas, and improve the health budget.

          The third effort in terms of education is to run 12-year compulsory education and the implementation of free education so that people who are unable or poor could still get their human rights as stated in the articles of the 1945 Constitution. If this is implemented, it must also produce quality human resources. If HR has qualified to be able to manage existing natural resources properly and intelligently and handling government not to use foreign labor, slowly clear the country will experience significant and continuous changes gradually improved. Basically, young achievers and appreciated and taken seriously it will be gold seeds are very desirable.

         Fourth attempt in terms of law and justice is the enactment and enforcement fair and firm so that no one dared to be able to make a fatal mistake at the expense of the welfare of the people of Indonesia as rampant corruption. Is the legal system in Indonesia’s law brave as a system of laws that punish China beheading for anyone caught engaging in corruption?

          Bad portraits of Indonesia can be described with a beautiful portrait results are not only promising but also carried out for the better. Anyone who was elected as the leader of this beautiful country expected the democratic process can take place in a safe and peaceful so that Indonesia can again prove to the world as a country that can properly guard the democratic process. For the desired criteria certainly all the answers will produce answers that such normative mandate, brave, honest, kind, assertive, smart, etc.. Here one dares dare say "No" to all forms of foreign intervention in the economy of Indonesia, a leader who put the interests of their people better than foreign interests, a leader whose commitment to the eradication of corruption, leaders who have the ability to concretize change significantly in Indonesia, and leaders who are consistent and have high integrity.

          In general, all can be repaired when reflecting on other countries that have made progress, prosperity, and welfare. There is no harm in following the way other countries lead their people for the sake of making a better country and makes the Indonesia became economically independent and free from all kinds of corruption and abuse of power that could hinder Indonesia's economic transition, whether in the political background as any.

***

Kamis, 08 Agustus 2013

Horeee Lebaran!!


Maafkan atas segala kekhilafan dan keluguan saya (*uhuk) yaa teman-temin blogger... Semoga kita bisa menjadi insan yang lebih baik lagi dan bisa bertemu di bulan Ramadhan selanjutnya. Barakallah.. Aamiin  ^_^

Senin, 17 Juni 2013

Tafsir yang Membingungkan (Part 3)


Seiring berjalannya waktu, tak pernah terpikirkan olehku untuk bermimpi dan bertemu dengan dirinya kembali. Jarak antara pertemuan pertama kali hingga kini terhitung sudah sampai satu tahun lamanya. Liku perjalananku yang sedang menyandang status dengan anaknya akhirnya perlahan dapat terselesaikan satu persatu, menyelesaikan masalah-masalahnya yang terdahulu dan masalah dalam dirinya yang begitu takut dengan orang di masa lalunya. Sangat sulit bagiku untuk memikirkan bagaimana cara menyampaikannya atau menyemangatinya atau menasihatinya karena mengingat usia kami terpaut dua tahun dan jelas ia lebih dewasa dariku.

Malam itu tepat pukul 22.30 WIB aku masih berkutat dengan materi perkuliahan Fisika Gelombang yang sangat sulit. Aku mempersiapkan diri untuk menempuh Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah tersebut, begitu amat sangat gundah dan gelisah. Rasaku saat itu bercampur aduk antara kabingunganku akan apa yang terjadi esok hari saat tengah mengerjakan soal ujian dengan kebingunganku akan ketakutan anak Ayah saat itu. Otakku terus berputar hingga tak sadar ponselku berbunyi yang menyatakan bahwa materi ujian ditambah satu bab.

Rasa itu semakin menjadi, sungguh amat gelisah. Tak sadar waktu menunjukkan telah larut, malam pun memanggilku untuk segera bertemu dengan bunga tidur. Satu masalah terselesaikan dengan baik, ya masalah bagaimana caraku menyampaikan atau menasihati anak Ayah. Satu masalah ini membuatku lega, sangat lega. Satu masalah lagi masih menggantung karena dapat terselesaikan jika hari esok hari ujian tiba terlewatkan dan akan menjadi cerita hari kemarin.

Tertidurlah aku dengan tumpukan buku dan catatan yang berserakan. Malam begitu kuat menarikku kedalam medan bunga tidur. Dan seharusnya perasaan gundah akan ujian tengah semester itu terbawa dalam bunga tidur karena terus mengikutiku dalam sebuah ilusi berkepanjangan, namun kejadian berkata sebaliknya ya rasa lega itu ternyata masuk diam-diam tanpa rencana ke dalam bunga tidurku.

Tanpa aku sadari, tanpa aku pikirkan, dan tanpa aku duga. Aku bertemu dengannya kembali di dalam bunga tidurku. Di tempat dan waktu yang sama mengisahkan aku dengannya. Di pinggir danau beratapkan langit sore kemerahan ditemani wangi angin. Keadaan yang begitu tenang, damai, dan sepi tak ada seorang pun di sana hanya aku dan Ayah. Dengan pakaian-pakaian kami yang sama seperti pertama kali bertemu.

Kami bermainkan kaki-kaki kami dengan genit di pinggir danau jernih itu namun seketika kami berhenti bermainkan kaki-kaki kami. Berhenti karena perasaanku yang ingin mengabarkan pada dunia bahwa aku begitu amat lega dan bahagia telah menyelesaikan masalahku dengan anak Ayah. Bukan masalah pertengkaran melainkan masalah dirinya yang begitu takut dengan masa lalu, justru aku tidak pernah bertengkar dengan anak Ayah.

Berhenti, hingga Ayah juga menghentikan kakinya untuk tidak bermainkan air danau itu. Aku mengangkat kedua kakiku dari air dan mendekapkannya ke dada untuk menundukkan kepalaku seperti memangkuku. Aku menangis, menangis lega, menangis takut salah tindakan. Akhirnya dirinya memelukku dan mendekapkanku ke dada dan pundaknya. Dirinya meraihku dengan tangan kirinya yang posisi duduknya berada di samping kananku. Aku menangis terisak-isak hingga lelah dan berhenti dengan sendirinya. Dirinya memelukku dan menepuk-nepuk pundak kiriku. Tangan kanannya meraih kepalaku dan mengusap-usapkannya.



Tidak ada sepatah kata pun yang diucapkannya hanya beberapa bahasa tubuh yang sangat aku mengerti pada saat itu dan kemudian aku balas dengan senyuman. Gingsulku juga tak malu menyapa dirinya. Yang aku ingat beberapa arti kata yaitu “Terima kasih” dan “Sudahlah jangan menangis lagi”. Entah apa maksudnya dan entah mengapa aku mengartikannya seperti itu. Ibu jari kanannya diacungkan ke depan, ya dihadapanku. Perasaanku kian membaik dan segala pertanyaanku akan kebingunganku tentang dirinya pun sirna seakan aku tidak membutuhkan itu lagi. Isakkan tangisku mulai berhenti dan dirinya membalikkanku untuk menghadapkan diriku ke depan dirinya dengan kedua tangannya yang tegas untuk meraih kedua pundakku. Sisa-sisa air mata seusai aku menangis masih tertinggal di pipi dan mataku. Aku tak berbicara sepatah kata pun. Saat itu aku begitu lemah ingin mengistirahatkan tubuhku ke dalam pelukannya. Dirinya menghapus sisa-sisa air mataku dengan kedua ibu jarinya bak sapu tangan rajutan kasih sayangnya, ya ibu jari kirinya menghapus air mata di pipi kananku dan ibu jari kanannya menghapus air mata di pipi kiriku.

Senyumnya begitu khas hingga mampu membuatku tenang bersamanya. Dirinya tersenyum padaku dan kubalas dengan senyumku juga. Senyum yang tulus yang mampu membuatku lebih tak berdaya mengingat apa saja yang telah terjadi olehku belakangan ini setelah berjumpa dengannya pertama kali hingga kini. Ingin kudapatkan ketenangan lebih dan memastikan semuanya baik-baik saja, kurangkul dirinya yang besar hingga kedua tanganku melingkar sulit saling bertemu. Ia mengatakan “Sudah jangan menangis lagi, semua akan baik-baik saja” dengan bahasa tubuhnya yang sangat aku mengerti dan terdengarlah suara jantungnya yang berdetak lembut menandakan apa yang dikatakan olehnya adalah benar.

Terkejut aku dengan bunga tidurku sendiri dan tersentak aku terbangun. Tak terasa kuusap kedua mataku ternyata membawa air mata. Apakah benar aku telah menangis? Tidak hanya di alam mimpi namun di dunia nyataku sendiri. Membawa air mata ke dunia nyata atau arwahku berjalan menusuri ke tempat itu, tempat yang sangat damai dan tak pernah aku temui.

Mentari dengan hangat menyambutku dengan ketenangan lebih dan kepastian yang kulakukan adalah benar. Aku bangkit dari kegelisahanku dan bercermin sambil mengatakan “Wahai dunia, kini aku kembali pada kenyataan dan semua sudah baik-baik saja. Lihatlah aku dengan semangatku merajut perjalanan hidupku dengan cinta kasih Tuhan seutuhnya”.