Adakah Amalan Nisfu Sya’ban dalam Islam?
Sebenernya, bulan yang sering dilupakan oleh segelintir orang adalah bulan di antara Rajab dan Ramadhan yaitu Sya'ban.
Cerita sedikit akan malam ini yaaa...
Setahun silam saat Ibunda masih ada, di rawat inap di RSUD Bekasi di kamar UGD karena koma beberapa bulan, membuat kami anak-anak dan suaminya kelimpungan apakah yang menyebabkannya beliau tidak bangun dan tak kunjung membaik?
Singkat cerita, kamar rumah sakit tersebut ditempati oleh pasien yang akut-akut bahkan setiap harinya ada saja yang meninggal, sekamar Ibunda, depan, dan sekelilingnya kecuali Ibunda.
Sekarat dapat dikatakan dan tidak ada harapan padahal kankernya sudah tidak mengganas lagi.
Waktu itu, teman dekat saya yang dulunya adalah musuh bebuyutan saya, Adithya Warsyah selalu menjadi tempat curhatan saya bahkan sampai masuk kuliah ia pun mengantarkan saya ke kampus UNJ. Ia tau persis bagaimana keadaan saya hingga ia selalu mengingatkan amalan-amalan apa yang harus saja kerjakan untuk Allah SWT dan peristiwa-peristiwa Islam penting lainnya.
Heeemmm.... Saya juga tak henti ngusahakan agar Ibunda sadar meskipun segala harta dan tabungan saya serta adik-adik saya habis tanpa sisa bahkan minus.
Tiba saatnya Oppa, panggilan kesayangan saya terhadap Adit, memberitahukan akan Malam Nisfu Sya'ban, konon jikalau kita mengaji dan berdoa pada malam itu pasti langsung dikabulkan tanpa hitungan detik. percaya atau tidak, itu semua kan kembali kepada Allah SWT yang mau mengabulkannya secepat apa.
Wallahu'alam bisshowab.
Saya hanya berpikiran positif saat itu dan menganggap doa dikabulkan itu tidak hanya malam Nisfu Sya'ban saja, tetapi ga ada salahnya buat berda, ya kan??
Saya berdoa meminta kepada Allah SWT untuk menyadarkan Ibunda dari masa tidak sadarnya yang begitu lama, dan apabila sadar lancarkanlah segala ucapannya (bisa ngomong maksudnya). Ngaji, berdoa khusyuk banget jam 11 malam seingat saya. Setelah itu tidak sengaja air mata saya menetes di tangan yang saya pegang, tangan yang ditusuk jarum infus. Setelah menangis sesegukan dan membisikkan ke telinganya kalau saya senantiasa mendampinginya, SUBHANALLAH... ALLAHUAKBAR... sontak langsung melek, mata terbuka lebar (terlihat melotot karena tubuhnya kurus kerontang), dan bicara. Pasien sampingnya juga kaget banget banget. Serem banget memang... langsung tanpa jeda. Dan akhirnya Ibunda sadar dan menunjukkan perubahan yang baik yang cukup signifikan. Para suster ga ada yang percaya bahwa sebelumnya itu Ibunda divonis oleh dokter karena udah ga ada harapan lagi. Percaya atau tidak, sebenernya tidak ada jarak pada doa kami :')
Saat itulah saya percaya malam Nisfu Sya'ban juga istimewa....
Nisfu Sya'ban berasal dari kata Nisfu (bahasa Arab) yang berarti separuh atau pertengahan, Sya'ban adalah nama bulan ke-8 dalam kalender Islam. Dengan demikian nisfu sya'ban berarti pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaanSurat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.
Setelah pembacaan Surat Yaasiin biasanya diteruskan dengan salat Awwabin atau salat tasbih. Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan ceramah agama atau langsung makan-makan.
Peringatan Nisfu Sya'ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya'ban diterangkan secara jelas dalam kitabIhya' Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali.
sumber: wikipedia
Dalam bulan Sya’ban ada satu malam yang oleh Allah diberikan keistimawaan dan keberkahan di dalamnya, yaitu malam Nisfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Nisfu Sya’ban). Hal ini sebagaimana di sabdakan Rasulullah yang maknanaya: “jika datang malam Nisfu Sya’ban maka dirikanlah shalat malam dan berpuasalah pada esok harinya” (HR. Ibnu Majah). Sabda Rasulullah ini menunjukkan keistimewaan malam pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban) Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk mengisi malam tersebut dengan shalat malam, puasa pada esok harinya dan juga dengan memperbanyak dzikir, wirid serta mengingat mati, hari kebangkitan dari kubur dan hari perhitungan (hisab) semua amal perbuatan manusia, dimana orang-orang yang beriman dan bertaqwa akan beruntung dan orang yang kufur dan dzalim akan merugi. Membaca surat yasin 3 kali pada malam nisfu Sya’ban dengan ikhlas dan benar adalah amal perbuatan yang baik dan yang membacanya akan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Namun sebenarnya tidak ada satu hadits pun yang menjelaskan tentang kesunnahan membaca surat yasin pada malam ini secara khusus.
Ada satu catatan penting berkaitan dengan tradisi di sebagian masyarakat kita pada malam nisfu Sya’ban, yaitu tentang do’a yang biasa di baca oleh sebagain masyarakat pada malam ini. Do’a tersebut perlu diluruskan karena berkaitan dengan masalah tauhid atau keimanan terhadap taqdir Allah ta’ala. Doa itu berbunyi:
اَللّهُمَّ ِإنْ ُكْنتَ َكَتْبتَنِي ِفىْ أُمِّ اْلِكَتاِب َمْحُرْومًا أَوْ َمْطرُوْدًا أَوْ ُمقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرّزْقِ فَامْحُ أَللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَاِني وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي
Makna doa yang perlu di luruskan tersebut adalah: “Ya Allah, jika Engkau telah menetapkan aku dalam kitab-Mu sebagai orang yang terhalang, tersingkirkan atau yang yang terkurangi rizkinya. Maka hapuslah ya Allah dengan karunia-Mu kesengsaraan, keterhalangan, ketersingkiran dan kekurangan rizkiku…”. Doa ini tidak ada yang meriwayatkan dengan riwayat yang shahih dan doa tersebut mangandung makna seakan-akan taqdir Alllah dapat berubah, padahal umat islam sepakat sebagaimana yang di nash alqur’an maupun hadits bahwa taqdir Allah, kehendak Allah tidak dapat di ubah dengan sesuatu apapun, karena perubhan menandakan baharunya sesuatu sedangkan Allah dan sifat-sifat-Nya adalah azali (tidak memiliki permulaan) dan abadi (tidak memiliki penghabisan). Artinya taqdir Allah tidak berubah
Amalan Nisfu Sya'ban Menurut Islam
Bagaimana dengan amalan malam Nisfu Sya’ban yang dilakukan oleh banyak orang? Apakah amalan nisfu sya'ban dibenarkan menurut agama Islam?
Jawaban ustadz mengenai amalam Nisfu Sya'ban
Ada beberapa riwayat yang shahih tentang keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, tetapi tanpa mengkhususkan sebagian hari-harinya, di antaranya:
أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِيْ شَهْرٍ مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ، فَكَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ إِلاَّ قَلِيْلاً
"Sesungguhnya Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku tidak pernah sekali pun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali (pada) bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau (banyak berpuasa -ed) dalam suatu bulan kecuali bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada kebanyakan hari di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari: 1868 dan HR. Muslim: 782)
Dalam hadits yang lain, Usamah bin Zaid berkata,
لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَ رَمَضَانَ، وَ هُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ اْلأَعْمَالُ فِيْهِ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِيْ وَ أَنَا صَائِمٌ
“Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam beberapa bulan seperti puasamu di bulan Sya’ban. Beliau menjawab, ‘Itu adalah satu bulan yang manusia lalai darinya. (Bulan itu adalah) bulan antara Rajab dan Ramadan, dan pada bulan itu amalan-amalan manusia diangkat kepada Rabbul ‘alamin, maka aku ingin supaya amalanku diangkat pada saat aku berpuasa.’ ” (HR. an-Nasa’i: 1/322, dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil: 4/103)
Adapun pengkhususan hari-hari tertentu pada bulan Sya’ban untuk berpuasa atau qiyamul lail, seperti pada malam Nisfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya lemah bahkan palsu. Di antaranya adalah hadits:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berkata, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia. Adakah demikian dan demikian?’ (Allah mengatakan hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah: 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman: 3/378)
Keterangan (hadits lemah nisfu sya'ban di atas -red):
Hadits ini dari jalan Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits ini adalah hadits maudhu’/palsu, karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah tertuduh berdusta, sebagaimana dalam Taqrib milik al-Hafidz. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkata tentangnya, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.”[1]
Maka dari sini kita ketahui bahwa hadits tentang fadhilah (keutamaan –ed) menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dan berpuasa di siang harinya tidaklah sah dan tidak bisa dijadikan hujjah (argumentasi). Para ulama menyatakan hal itu sebagai amalan bid’ah dalam agama.[2]
============
Catatan kaki:
[1] Lihat Silsilah Dha’ifah, no. 2132.
[2] Lihat Fatawa Lajnah Da’imah: 4/277, fatwa no. 884.
Catatan kaki:
[1] Lihat Silsilah Dha’ifah, no. 2132.
[2] Lihat Fatawa Lajnah Da’imah: 4/277, fatwa no. 884.
Dijawab oleh Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali pada Majalah Al-Furqon, Edisi Khusus, tahun ke-9, 1430 H/2009 M.
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi www.konsultasisyariah.com)
Topik bahasan: Amalan Nisfu Sya'ban
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi www.konsultasisyariah.com)
Topik bahasan: Amalan Nisfu Sya'ban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar