Say hello,

Sabtu, 30 Juni 2012

Essay Data Print


FAKTOR PENENTU KUALITAS PENDIDIKAN DAN DEFINISI KUALITAS PENDIDIKAN YANG BAIK

Oleh Kiar Vansa Febrianti

Memahami pendidikan bukan sekedar alat untuk mencerdaskan melainkan alat untuk mengubah derajat sosial-ekonomi karena pendidikan adalah eskalator untuk menaikan posisi rakyat jelata dari ketertinggalan dan ketergantungan menjadi kemajuan dan kemandirian. Arti penting pendidikan sebagai salah satu pilar utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, serta memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan nasional, mengingatkan bahwa pendidikan merupakan langkah awal dalam perjalananan kehidupan seseorang meniti persaingan global atau akar dari sebuah pohon yang berdiri kokoh yang akan diterjang oleh ribuan ombak. Indikasinya adalah menjadikan pendidikan sebagai faktor utama manusia dalam melakukan perkembangan dalam kehidupannya yang dinamis dan pengangkatan status kehidupannya menjadi lebih diakui keberadaannya. Tercapainya pelaksanaan tujuan-tujuan utama pendidikan yang menjadi hak bagi seluruh warga negara Indonesia, maka akan menentukan kualitas dari pendidikan tersebut.

Kualitas pendidikan ditentukan oleh tiga faktor. Pertama, guru. Guru yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah guru yang benar-benar mengabdi untuk negara bukan mengincar penghasilan yang akan diperolehnya atau sekedar tugas pemerintah melainkan mengabdi dengan gerakan hati, bukan hanya mengajar dan melatih melainkan juga mendidik, tidak sekedar menjalankan kurikulum pemerintah tetapi membuat tiap pembelajaran menjadi bermakna untuk kehidupannya. Selain itu, guru yang profesional dan berdedikasi tinggi yaitu tenaga pengajar yang memiliki kesiapan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan keahliannya serta mampu mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang telah dibuatnya menjadi sebuah pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, memiliki kedisiplinan, dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas kependidikannya. Sehingga dalam konteks tersebut, guru benar-benar berperan sebagai ”penyelenggaraan pendidikan” dan  agents of change”.

Kedua, pembuat kebijakan (pemerintah). Pemerintah harus membuat kebijakan sistem pendidikan yang tidak membuat sekolah-sekolah berlomba-lomba menaikkan peringkat sekolahnya melalui aspek kognitif (UN, olimpiade, dll) dan mengabaikan aspek moral serta psikomotorik, tetapi kebijakan yang dibuat harus menjadikan peserta didik mampu “berpikir dan mencipta” bukan “bekerja”.

Ketiga, sarana prasarana. Sekolah menjadi tempat paling strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan dilengkapi berbagai fasilitas lengkap dengan pasokan yang memadai sesuai dengan kebutuhan dalam kondisi siap pakai harus tersebar secara merata dan tidak ada keberpihakan kepala daerah terhadap dunia pendidikan. Namun, hal ini bertolak belakang dengan negara Indonesia karena masih mahalnya biaya pendidikan sehingga tidak terjangkau semua oleh masyarakat. Pendidikan gratis tidak mengimbangi untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang baik. Misalnya, bukunya kurang pasokan dan dalam keadaan yang kusam bahkan terlihat seperti tidak  terawat. Selain itu, ruangan kelas yang masih beratapkan langit, dan sarana praktik tidak mendukung, seperti tidak adanya globe, atlas, alat peraga, kelengkapan lab, dll. Anggaran 20% untuk pendidikan menjadi tidak terasa sehingga dapat menurunkan kualitas pendidikan Indonesia disertai menurunnya kualitas sumber daya manusia dan meningkatnya angka pengangguran tiap tahun.

Kualitas pendidikan yang baik dapat dilihat dari  output-nya berupa peserta didik yang unggul dan mampu bersaing di luar sekolah dengan peserta didik lainnya, tidak hanya cerdas dan terampil tetapi juga berbudi pekerti luhur serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang, memiliki akar budaya serta nilai-nilai moral baik, pendidik yang profesional dan berdedikasi tinggi, sarana prasarana yang memadai, dan pemerintah yang selalu siap menjadi fasilitator pendidikan.

Inspirasi: Fakhrizal Arsi dan Noor Shanti Handayani
Dikembangkan oleh Kiar Vansa Febrianti


Tidak ada komentar: