Cerita kali ini yaa seperti biasanya adalah lanjutan cerita
dari sepam sebelumnya. Tepatnya tanggal 24 Mei 2012, hari Kamis. Busssyyyeeett…
jauh amat Yar? Yaiyalah maklum artes sibuk banget jadinya numpuk deh tulisan
ini sebagai ‘utang postingan’.
Lanjuuutt…
Sebelumnya kan praktikum Transformator tuh, praktikum
terakhir tentang kelistrikkan. Nah saat praktikum itu adalah saat yang gemilang
karena partner berhasil mengambil kabel yang banyak sebelum kelompuk lain pada
ngambil duluan. Banyaknya ga kira-kira sampai yang lain pun ga kebagian.
Partner yang mengambil kabel dan saya menjaga pertahanan tempat. Hahaha koplak
banget dah liat tingkah dan kelakuan sang partner yang ga pernah memerdulikan
usianya terlampau jauh *uups
Mati lampu. Berhentilah segala aktivitas, wong listrik.. dan
akhirnya saya didongengin tentang Persamaan Schrodinger yang 3 Dimensi. Luaaarr
binasa…
Next, inti ke ceritanya yang tanggal 24 Mei ini. Praktikum Indeks
Bias. Ga pake listrik-listrikkan ataupun setrum-setruman yaa jadinya pas
pretest yang banyak bicara itu saya, kebalikan saat listrik. Bodo amat lah.
Naaahhh… disinilah kelemahan kami. Apasih? Itu loh… kan indeks bias ngeliat
garis lurus, nah mata partner itu presbiopi, mata saya astigmatisme. Gimana mau
ngeliat yang lurus coba? Hahaha akhirnya kami mendatangkan pihak ke tiga yaitu
Zilan.
I: “Kiar, coba cek ini udah lurus belom, klo belom
lu geser-geser aja”
K: “Udah” (yaelaaaa… palingan geser cuman 1 mm)
Begitu terus-terusan dengan konsentrasi larutan yang diujikan
berbeda-beda, tetep ga ada perubahan. Kata kelompok sebelumnya, kelompok Raras Hafidz
Lofrina tuh indeks bias adalah praktikum yang paling cepet. Tapi,
buat kami adalah yang amat sangat lama.
Berikut faktor kesalahannya:
1. Disuruh bikin larutan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda eeeehh volume airnya 100ml, ya pas di tuang ke refraktometer ya
cetek lah. Gimana bisa liat garisnya juga yang melewati medium berbeda. Dan itu
baru sadar setelah 3 kali percobaan, tinggal 1 percobaan lagi selesai.
2. Belom kalibrasi timbangan pas nimbang gula
pasirnya -______-
3. Partner kaga ngerti make neraca, jadi apa-apa
serba saya.
4. Pas ulang lagi dari awal, pake airnya sebanyak
200ml, setelah dicoba sampai 2 kali percobaan hasilnya gagal, ngulang lagi dan
finalnya kami memakai air sebanyak 250ml. Itu beda banget yaaaa… udah tuh ya
kecapean ngaduk-ngaduk sampai frustasi ganti-ganti konsentrasi larutan mulu dan
akhirnya ngaduk bukan di gelas beker tapi di refraktometernya. Hahahaha
kelakuan partner tuh. Eehh… ketauan Ka Uswah klo kami ngaduk-ngaduknya di
tempatnya langsung yang bakal tau klo di refraktometernya itu bakal susah,
lama, dan ga larut semua gulanya dalam air.
5. Partner mata presbiopi, saya mata astigmatisme.
Minta tolong Zilan dan ternyata dia juga astigmatisme jadi percuma. Oke, Zilan
ga lulus *apasih. Sreeett..sreett… narik Doyok alias Delok. Baru deh dia
menjadi pihak ke-tiga-nya.
Praktikum yang ini nih yang bakal jadi bahan UAS kelompok
kami yaitu kelompok 8. Enak yaaa?? Wkwkwk.
Intinya, jangan buang-buang gula pasir itu
mahal tauk >,<
Pesannya, tetep akur lah yaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar